The Case for Investing More in Your People

Every year a small group of leaders from business, academia, philanthropy, government, and non profit convene to challenge ourselves to find solutions to the situation American workers and families…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Memahami Soal Takdir Hidup dari Allah Swt.

Pengajian Ramadan PWM DIY di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan pemateri Drs. Achmad Charris Zubair (Foto: Humas dan Protokol UAD)

Seorang budayawan asal Kotagede Yogyakarta, yaitu Drs. Achmad Charris Zubair menjelaskan bahwa menghadapi sebuah perbedaan saat menjalankan kehidupan harus menerima dengan apa adanya. Ia mengungkapkan hidup dengan kondisi lingkungan tertentu merupakan keniscayaan manusia sebagai takdir yang telah ditentukan oleh Allah Swt.

“Hidup di dalam lingkungan tertentu merupakan bagian dari keniscayaan manusia. Dalam bahasa Islam, bagian dari takdir atau ketentuan dari Allah tidak bisa kita tolak dan tidak bisa kita perintah,” jelasnya.

Takdir ketika lahir dan mati adalah hal yang tidak dapat diubah oleh setiap manusia saat menjalankan suatu kehidupan di dunia. “Jadi, lahir sebagai Jawa, lahir sebagai Sunda, Madura, Minang, Arab, bahkan lahir sebagai Cina-Arab sekalipun bukan kemauan kita, bukan pilihan kita tetapi merupakan keniscayaan. Sesuatu yang tidak bisa kita minta dan tidak bisa kita tolak.”

Meskipun demikian, dengan mendapatkan takdir yang berbeda-beda setiap manusia dapat bekerja sama atau bersosialisasi. Tentu dalam hal ini setiap lingkungan, setiap wilayah, setiap ketentuan, akan menghadirkan persoalan-persoalan yang khas.

Achmad menilai bahwa adanya bentuk kerja sama antara umat manusia dapat memajukan suatu kehidupan di dunia. Allah Swt. telah menciptakan manusia dengan berbagai jenis suku dan bangsa ditujukan agar mereka saling mendapatkan kebaikan.

“Saya melihat bahwa kehendak Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya saling kenal mengenal dan pada akhirnya berlomba-lomba dalam hal kebaikan,” katanya. Oleh karena itu, terlahir sebagai suku Jawa bukan hal yang dapat dipermasalahkan. Sebab, Jawa merupakan suku yang memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda dari suku di Indonesia. Begitu pun sebagai suku lainnya.

“Kalau berbicara tentang latar belakang sosio-kultural maka kita tidak bisa menyebut Jawa itu sebagai geografis atau pulau. Namun boleh dikatakan suku bangsa atau ras ataupun juga satu latar belakang sosial kebudayaan yang berbeda dengan yang lain,” jelasnya. (Han)

Add a comment

Related posts:

The 25 Best Data Science Projects on GitHub from 2018 that you Should Not Miss

2018 was a HUGE year in open source machine learning projects. Here’s our pick of the bunch, with projects divided into different categories. What’s the best platform for hosting your code…

Do we need career guidance after 10th and 12th class ?

The world of work has been rapidly changing, and students now need to be more involved than ever in deciding what they will do in their life. This decision making requires students to have an…

Sleep Well With Simple Yet Effective Sleep Hacks

then you are dealing with severe sleep deprivation symptoms in daily life. Again, people with poor shut-eye at night have a higher risk of health issues and lifestyle challenges. In addition, people…