Japanese Government Mulls Promoting NFTs in Sport

Nikkei reported that Tokyo could move after the ruling Liberal Democratic Party Web3 “Digital Society Promotion” team issues a white paper on the matter. The white paper is yet to be published, but…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




The Game

Sesuai rencana yang Keenan buat malam tadi bersama Athaya, kini ke empatnya — berlima termasuk Ghazi, sudah berkumpul di cafe tempat ia bekerja sebagai anak magang.

Rinjani dan Athaya sedang asik berbincang mengenai kopi terbaru dari cafe yang Ghazi sajikan, sedangkan Haidar sejak tadi terlihat berusaha untuk masuk ke dalam obrolan keduanya, namun diacuhkan oleh Rinjaninya. Kedua lainnya — Keenan dan Ghazi, masih mengurus beberapa pelanggan.

“Aku ke toilet sebentar ya.”, ucap Haidar menepuk pundak Athaya, lalu menghilang di balik tembok. Athaya sudah memperhatikan keduanya sejak tadi. Mulai dari cara Rinjani tidak ingin menatap Haidar, mengabaikannya, atau dari tatapan tajam yang Rinjani lontarkan. Beneran berantem ternyata.

“Jan, Haidar kemarin masa tiba-tiba nyamperin ke rumah, agak malem gitu. Gue kira mau apa ‘kan, ternyata cuma meluk dan bilang kangen. Gemes banget deh, Jannn, padahal baru ketemu sorenya.”, ucap Athaya memamerkan senyum senangnya, lawan bicaranya merespon dengan anggukkan.

“Udah 4 tahun masih ada jadi bucin.”, ucap Rinjani menyeringai.

“Emang kenapa kalau udah 4 tahun masih bucin?”, tanya Keenan ikut masuk ke dalam percakapan, ia duduk di bangku kosong sebelah puannya, “Aku juga bakal masih bucin, walaupun udah 4 tahun, soalnya aku sayang kamu hehehe.”, Keenan mengacak rambut puannya dengan lembut, membuat sang puan tersenyum kearahnya.

“Rambutku!”

“Masih cantik hahahaha.”, Keenan membantu Rinjani merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan akibat ulahnya, lalu menepuk perlahan ujung kepala itu.

Done.

“Aduuuh, pasutri 6 bulan ini manis sekali ya, sampe pengen muntah lihatnya.”, ucap Athaya berpura-pura menatap malas, sambil menahan senyum yang ingin sekali muncul.

“Lo rasainkan, dari SMA, gue jadi nyamuk lo dan Haidar.”

“Yaaaah, siapa suruh nolak banyak banget cowok. Guekan udah pernah jodohin lo sama ketua OSIS.”

“Ngga menarik.”

“Gila! Ketua OSIS kita, ganteng banget! Lo gila ya.”

“Siapa yang ganteng banget?”, tanya Haidar setelah selesai dengan urusannya di toilet.

“Ketua OSIS SMA kita, byyy. Kan ganteng banget ya? Ingetkan kamu, aku coba deketin sama Jani dan Jani nolak?”, Haidar mengangguk.

“Jadi kamu banyak nolak cowo cowo ya, sayang?”, tanya Keenan pada Jani.

“Iya, soalnya aku nunggu kamu.”

“JANI, LO MENDING GALAK AJA DAH. GELI ASU.”, ucap Athaya tertawa, namun mendapatkan tepukan ringan dari Rinjani di lengannya.

“SAKIT ASU.”

“Eh, main yuk. Tuh, mumpung Ghazi udah selesai.”, ucap Keenan, membuat Ghazi yang ia bicarakan, mendapat atensi penuh.

“Apaan pada ngelihatin gue?”, tanya Ghazi menatap ke empatnya dengan tanda tanya. Ia menarik bangku kosong, lalu menaruhnya tepat disebelah Keenan berada.

“Main, Zi.”

“Main apaan?”

Truth or dare.”, jawab Keenan, membuat seluruh atensi kembali padanya.

“WIH SERU TUH. By, kamu ngga ada rapatkan? Jani juga udah menstruasinya, dan cafe lagi ngga ada pelanggan lain, jadi kita bisa mainnn.”, ucap Athaya bersemangat.

“Oke, gue ambil botol, sebentar.”, Keenan meninggalkan bangkunya untuk mencari botol agar dapat bermain truth or dare. Athaya diam-diam tersenyum, rencananya berjalan lancar sejauh ini.

Keenan berjalan riang mendekatin meja yang di isi orang orang terdekatnya, lalu menunjukkan botol kaca yang ia temukan.

“Ngga mau main yang lain aja? Itukan ada uno atau uno block juga seru.”, ucap Rinjani mencoba mengganti permainan.

Truth or dare juga seru.”, ucap Ghazi.

Rulesnya apa?”, tanya Haidar kepada Keenan.

“Selain harus jujur dan bertanggung jawab sama jawaban yang di pilih, yang nentuin harus milih truth or dare adalah teman sebelah kanannya.”

“Kok — ”

“Jangan marah dulu. Kalau yang milih diri sendiri, bakal selalu ambil jalan aman. Ngga seru nanti.”

“Gue setuju, lagian kitakan mau senang-senang. Calm down teman-teman.”, ucap Athaya membantu Keenan menenangkan teman-temannya.

“Urutan duduknya ke kanan gue, Rinjani, Athaya, Haidar dan Ghazi ya. Perlu gue ingetin, ini hanya permainan.”

Melihat ke empat orang didepannya mengangguk, Keenan tersenyum sebelum memutar botol kaca itu di tengah meja.

Orang pertama yang botol itu tunjuk adalah Rinjani, yang artinya Athaya akan memilih untuk truth atau dare untuknya.

“Untuk pembukaan, truth dulu dehhh.”, ucap Athaya tersenyum pada Rinjani.

Rinjani mencoba menghilangkan gugup, dengan menikmati permainan. Yang ia takutkan, belum tentu akan terjadi, “Ayo, siapa yang mau nanya, silahkan.”

“Jani, sayang aku ngga?”, tanya Keenan.

“Kalau ngga sayang, ngga aku pacarin.”

“Jani, lo punya rahasia yang lo tutupin dari gue ngga?”, tanya Athaya.

Rinjani terdiam, tampak berpikir.

“Punya. Pasti punya, lopun pasti punya. Mau sedekat apa juga, punya rahasia pribadi itu perlu.”

“Rinjani — gue ngga tau mau nanya apa. Keen, ini kalau gue ngga tau mau nanya apa, skip ngga apa apakan?”, tanya Ghazi.

“Iya.”

“Kalau gitu gue skip.

“Gue juga.”, ucap Haidar, lalu memutar kembali botol. Botol itu kini menunjuk Keenan sebagai peserta kedua.

“Asik! Truth ya, Sayang.”, ucap Rinjani antusias

“Gue duluan! Jujur sama gue, wahai Bintang Keenan. Matkul Bu Endang lo udah selesaikan?”, ucap Ghazi memincingkan matanya pada Keenan.

“Udah hehehehe.”, Keenan memamerkan sederetan giginya dan memberi tanda peace pada tangan kanannya.

“Bangsat! Lo bilang belum ya, anjing.”

“Siapa cinta pertama lo?”, tanya Haidar secara tiba-tiba, membuatnya mendapatkan atensi.

“Yakin mau tau?”, ucap Keenan menatap lawan bicaranya.

“Yakin dong, makanya gue nanya.”

Keenan menunjuk seorang perempuan dengan dagunya, “Tuh. Cewek lo, Athaya.”

“Athaya?”, ucap Rinjani dan Haidar membeo.

“Iya, Athaya. Athaya cinta pertama gue.”

“Gue? Tapi lo selalu iseng ke gue waktu SD. Bohong lo ya?”, ucap Athaya menatap curiga.

Keenan menyeringai, “Karena gue suka, makanya gue isengin lo, Athaya bocah cengeng.”

Rinjani menatap ke arah Haidar yang tidak sadar akan tatapannya begitu menyalang pada Keenan.

“Lo yang nanyakan, Dar. Jangan marah dongg.”, ucap Rinjani berpura-pura tertawa, lalu menatap lekat kearah Athaya dihadapannya, “Bukannya ciuman pertama lo juga sama Keenan, Athaya?”

Athaya tercekat, “Darimana lo tau?”

“Gue liat. Di belakang rumah kecil, di pinggiran lapangan sekolahkan?”, ucap Rinjani menyeringai, “Athaya ngga cerita itu ke lo, Dar?”

“Seperti kata lo, ada hal yang emang harus di simpen sendiri, Jan. Lagi pula, ini bukan saatnya Athaya.”, ucap Haidar berusaha untuk tenang. Haidar sudah mengetahuinya dari lama, ia tahu dari Rinjani saat mereka mulai berpacaran, saat mendengar Rinjani mengatakan bahwa ia membenci seluruh hidupnya. Rinjani kini hanya sedang memancingnya.

“Ada yang mau nanya ke gue lagi?”, interupsi Keenan mengangkat tangan kanannya.

“Keen, kayanya ini bakal buat kita berantem deh. Udahan aja ya?”, bujuk Ghazi menatap satu persatu pemain yang saling menatap nyalang.

“Oke, kalau gitu kita selesai mainnya.”

“Keen, pelanggan.”, Keenan segera berlari menuju belakang kasir saat mendengar pelanggan lain masuk, lalu mulai mencatat seluruh pesanannya. Ghazi di belakangnya ikut membantu membuatkan pesanan, agar Keenan tidak kewalahan.

Sayup-sayup, Keenan dapat mendengar percakapan dari teman-temannya.

“By, waktu kemarin kamu bawain aku cilor, itu beli dimana? Kok enak? Kamu jadi suka bawain aku jajanan deh, padahal kamu ngga suka jajan.”, ucap Athaya meletakkan kepalanya di atas meja dengan tumpuan kedua tangannya yang terlipat, “By, tolong usap kepala aku.”

Haidar segera mengusap lembut ujung kepala Athaya, membuat wanitanya merasa nyaman.

“Nanti aku temenin beli ya, byy. Kamu ngantukkah?”, ucap Haidar begitu lembut, sampai membuat Rinjani memalingkan wajahnya, tidak ingin melihat apa yang ada di depannya.

“Hm, agak ngantuk.”

“Bobo, nanti aku bangunin. Atau mau pulang?”

“Ngga mau pulang.”

“Ke apart, mau?”

“Bobo disini aja.”

Rinjani menatap ke arah Keenan yang sedang berjalan ke arahnya, senyumnya terpancar, membuat Rinjani ikut tersenyum.

“Sayang, hotel yang waktu itu dimana ya? Nama hotelnya apa? Aku baru inget, temenku ada yang nanyain.”, tanya Keenan setelah duduk kembali.

“HOTEL?! Lo berdua ngapain, anjing.”, ucap Athaya tersenyum gamblang, “Jani nakal ya sekarang.”

“Palamu.”

“Main cat, tau nggak lo? Di rumah gue berisik, di rumah Jani berisik, jadi mutusin ngerjain tugas di hotel.”, jelas Keenan.

“Cafe gue ada. Alesan lo!”, ucap Ghazi memukul lengan Keenan keras.

“Sakit, bangsat.”

Athaya menatap tuan yang tampak berpikir disebelahnya, “Dar, mereka ke hotel buat nugas. Kita juga nggak?”

“Iya, nanti aku coba pesan ya, byy.”

“Mau ngapain lo berdua?”, tanya Rinjani galak.

“Nugas dong, sekalian yaaaah you knowlaah.”

“Nakal lo pada ya!”, ucap Ghazi kini memukul lengan Haidar.

“Refreshing, Ghazi! Mikir apaan lo? Mesum!”

“Hahahahaha.”

Kelimanya semakin larut dalam pembicaraan ngalor-ngidul yang semakin tidak tahu kemana arahnya, mengobrol selayaknya tidak ada apapun diantara mereka, selayaknya teman dekat. Setidaknya, masing-masing dari mereka berpura-pura menikmati waktu mereka sekarang agar terlihat natural.

Diam-diam, Keenan dan Athaya beradu pandang dan memberi senyuman lewat pandangan mereka. Rencananya berhasil. Mereka berhasil memancing dua aktornya, memberikan jalan permainan yang hebat, dan memberikan permainan terbaik mereka.

Add a comment

Related posts:

The job apocalypse that technology may bring in 2023

The job market has always been subject to change, but never before has it been as volatile as it is today. The rise of technology and automation has already had a significant impact on the job…

Why Your Small Business Needs an OKC Web Design

Growing a small business is no easy feat. With technology being essential to every industry, investing in a quality OKC web design will help to expand your business and audience. Websites open up a…

How to create Chatbot using RASA

Now a day every company switch in online and make their website and for providing best customer service from their products and they also want to avalable 24/7 for customer support .but the cost of…